JADILAH GURU YANG TIDAK HANYA PANDAI BERBICARA

Iklan Satu Atas

Ada sebuah fenomena yang sering dialami oleh para public speaker ketika mereka sedang berbicara di depan banyak orang. Para public speaker ini acap kali terlalu fokus pada dirinya sendiri. terlalu memikirkan materi yang harus dibawakan secara sempurna atau memikirkan bagaimana cara membawakan materi yang baik dan benar. Karena terlalu fokus pda diri sendiri untuk berbicara di depan public, sehingga mereka terkadang abai terhap pendengar.

Hal ini juga sering terjadi kepada guru. para guru terkadang terlalu fokus pada materi yang akan mereka ajarkan. Mereka mempersiapkan materi sedemikian rupa hingga materi itu terkesan menarik. Bahkan, mungkin beberapa guru beranggapan yang penting materi ajar tersampaikan tanpa mengindahkan para murid yang menatapnya dengan tatapan kosong.

Guru ‘yang Penting Mengajar’ Vs Guru yang Mengajar dari Hati

Iklan Dua Tengah

Dalam proses mengajar, bisa dikatakan ada dua kategori guru. guru yang menganggap sudah menyelesaikan tugas saat sudah menyempaikan materi atau guru yang memastikan siswanya memahami materi. Sering kali kita menemui seorang guru berceramah mengenai suatu materi ajar di depan kelas. saat materi telah selesai disampaikan, dia menganggap bahwa dia telah melaksanakan tugasnya. Padahal, kita lebih butuh kategori guru yang kedua, yaitu yang mampu menyampaikan materi setrta memastikan siswanya mampu memahami materi tersebut.

Hanya dengan berbicara, menyampaikan materi di depan kelas bukan berarti kamu sudah mengajar kan? Kita analogikan dengan seorang juru masak. Jika kamu seorang juru masak, ketika kamu sudah menyiapkan bahan dengan kualitas terbaik, memasak makanan dengan hati-hati dan menyajikannya dengan sempurna, apakah seorang juru masak namun tidak ada yang menyantapnya. Orang-orang hanya melihatnya tanpa bisa mencicipinya. Jika kamu sudah puas hanya dengan itu, kamu memang bisa dikatakan juru masak, tapi bukan juru masak sejati. Kamu tidak bisa menghidangkan makanan terbaik untuk disantap pelangganmu. Pekerjaanmu hanya menghidangkan makanan tanpa memastika apakah pelanggan puas dengan tampilan dan cita rasa makanan yang kamu sajikan.

Perbedaan itulah yang membedakan dua kategori guru ketika mereka merasa siswanya tidak mendengarkan. Bagi seorang guru yang benar-benar memiliki Hasrat untuk mengajar, tugasnya tidak akan selesai sampai siswanya benar-benar memahami materi dan berinteraksi dengannya, mengajukan pertanyaan apabila merasa kurang paham dan akhirnya memahaminya dan akhirnya para siswa itu berpengetahuan. Menyampaikan materi dengn “cermah” yang tidak didengar, tidak dipahami, tidak “diajarkan” bukanlah mengajar namun hanya berbicara.

Berinteraksilah Dengan Siswa

Persiapan menjadi guru lebih dari sekedar mengetahui bagaimana merancang RPP dan bagaimana menata ruang kelas serta membuat papan pengumuman. Menjadi seorang guru berarti kamu menjadi salah satu dari orang-orang luar biasa yang dapat mengubah siswa dari yang tidak memiliki pengetahuan menjadi berpengetahuan dan dari yang tidak tercerahkan menjadi benar-benar “terpelajar”. Ketika kamu terpanggil untuk menjadi guru seperti itu, yang hanya berbicara di depan siswa tanpa mau tahu apakah siswamu paham atau tidak, kamu memang seorang guru tapi bukan seorang guru yang sebenarnya.

Mengajar merupakan panggilan dari hati karena mengajar butuh kesabaran, ketelitian serta ketrampilan. Jika kamu ingin menjadi guru yang tidak hanya ‘yang penting dipanggil guru’ maka kamu tidak seharusnya mengajar dengan metode ceramah lagi tanpa mengindahkan kebutuhan siswa. guru yang baik tahu kebutuhan siswanya karena guru tersebut sudah melakukan need analysis’ sebelum mengajar untuk merancang Rencana Pembelajaran. gunakanlah metode yang interaktif Dimana kamu dan siswa berinteraksi. Untuk bisa menggunakan metode ini, kamu harus membuat siswamu nyaman terlebih dahulu dengan kehadiranmu dan antusias dengan pengajaranmu. Jika kamu sudah melakukan hal demikian, siswamu akan mudah menerima pengetahuan yang kamu berikan dan akan menghormatimu layaknya orang tua dan temanmu.

Iklan Tiga Bawah