Masyarakat Indonesia Tidak Gemar Berjalan Kaki: Apa Sebab dan Dampaknya?

Iklan Satu Atas

Bangsa Indonesia merupakan kumpulan orang-orang yang paling malas berjalan kaki sedunia. Hasil riset para peneliti dari Universitas Stanford menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi juru kunci dengan hanya 3.513 langkah per hari. Dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Cina, Jepang, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat, Indonesia jauh tertinggal dalam hal aktivitas berjalan kaki.

Bukan tanpa alasan masyarakat Indonesia tidak gemar berjalan kaki. Kegagalan pemerintah Indonesia, terutama di wilayah perkotaan, dalam membangun wilayah tinggal yang menyediakan fasilitas pedestrian yang memadai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kurangnya minat masyarakat Indonesia untuk berjalan kaki. Trotoar yang tidak layak, digunakan untuk kegiatan ilegal, bahkan menjadi tempat parkir kendaraan, menjadi penyebab ketidaknyamanan bagi pejalan kaki. Selain itu, juga terdapat faktor lingkungan yang berhubungan dengan keamanan dan kenyamanan yang belum dapat diperoleh oleh para pejalan kaki di Indonesia.

Selain faktor lingkungan, keselamatan pejalan kaki menjadi masalah serius di Indonesia. Ketidakdisiplinan pengemudi, kurangnya fasilitas penyeberangan yang aman, serta kepadatan kendaraan juga menjadi faktor utama yang membahayakan keselamatan pejalan kaki di jalan.

Iklan Dua Tengah

Kendaraan Motor sebagai Pilihan Utama

Masyarakat Indonesia lebih memilih menggunakan sepeda motor dibandingkan berjalan kaki. Kondisi ini berdampak pada meningkatnya populasi sepeda motor di Indonesia. Menurut Penasihat Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), populasi sepeda motor di Indonesia saat ini mencapai 90 juta unit atau 81 persen dari total jumlah kendaraan bermotor di Indonesia. Tingginya angka penjualan sepeda motor juga menunjukkan bahwa motor menjadi kendaraan pribadi nomor satu di Indonesia.

Jumlah Sepeda Motor di Indonesia

Kendaraan sepeda motor telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2015, jumlah sepeda motor di Indonesia mencapai 98,88 juta unit. Jumlah ini jauh melebihi jumlah penduduk kelompok usia 0-14 tahun yang saat itu berjumlah sekitar 70 juta. Kenaikan jumlah sepeda motor yang konsisten menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sangat mengandalkan kendaraan ini dalam aktivitas sehari-hari.

Faktor Sosial dan Prestise terkait Penggunaan kendaraan bermotor

Selain faktor ekonomi, faktor sosial dan prestise juga memengaruhi tingginya penggunaan sepeda motor di Indonesia. Masyarakat Indonesia sering kali menggunakan kendaraan bermotor sebagai alat untuk pamer dan menunjukkan status sosial. Faktor prestise dan keinginan untuk tampil narsis menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat Indonesia lebih memilih menggunakan sepeda motor.

Kontribusi Ojek Online terhadap Jumlah Kendaraan

Kehadiran layanan ojek online juga ikut berkontribusi pada peningkatan jumlah kendaraan di Indonesia. Ojek online sangat populer sebagai transportasi alternatif di banyak kota di Indonesia. Hal ini secara tidak langsung juga mempengaruhi peningkatan jumlah kendaraan di jalan. Para pengemudi ojek online juga sering kali menggunakan sepeda motor dalam menjalankan layanan mereka. Oleh karena itu, pertumbuhan popularitas ojek online juga memberikan dampak signifikan terhadap lonjakan jumlah sepeda motor di jalanan Indonesia.

Dampak Pembangunan Kota dan Liberalisasi Kendaraan

Pembangunan kota dan liberalisasi kendaraan merupakan faktor lain yang turut berperan dalam kecenderungan masyarakat Indonesia untuk tidak gemar berjalan kaki.

Pengaruh Cuaca Tropis terhadap Kebiasaan Berjalan Kaki

Cuaca tropis yang cenderung panas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan masyarakat Indonesia yang enggan berjalan kaki. Kondisi ini membuat orang mudah berkeringat ketika berjalan kaki dan dianggap tidak nyaman. Selain itu, keringat yang banyak juga dapat menimbulkan bau badan yang tidak enak. Hal ini membuat orang menjadi rendah diri di hadapan orang lain.

Sejarah Pembangunan Kota yang Memengaruhi Kebiasaan Masyarakat

Pembangunan kota di Indonesia juga berperan penting dalam kebiasaan masyarakat untuk tidak gemar berjalan kaki. Sejarah pembangunan kota seperti Surabaya menunjukkan bahwa kota-kota itu sendiri awalnya dirancang oleh Pemerintah Belanda sebagai area yang nyaman bagi pejalan kaki. Namun, kondisi keuangan pemerintah Indonesia yang lemah pada tahun 1960-an membuat pembangunan infrastruktur yang ideal belum dapat terealisasi. 

Dampak Liberalisasi Kendaraan pada Penurunan Aktivitas Berjalan Kaki

Kebijakan liberalisasi kendaraan pada tahun 1990-an berdampak pada menurunnya aktivitas berjalan kaki di Indonesia. Kenaikan jumlah kendaraan pribadi di jalanan dipandang sebagai ukuran keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan warganya. Namun, kenyataannya, hal ini justru menyebabkan kemacetan lalu lintas. Pemerintah daerah yang mendapatkan pendapatan dari pajak kendaraan bermotor cenderung tidak mengkampanyekan berjalan kaki sebagai solusi alternatif. Akibatnya, masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada berjalan kaki, walau pun trotoar tersedia namun dalam kondisi yang tidak memadai.

Dalam kesimpulannya, tidak gemar berjalan kaki berdampak buruk bagi masyarakat Indonesia. Ancaman kesehatan, faktor lingkungan yang mempengaruhi, dan keselamatan pejalan kaki di jalanan merupakan beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat. Pilihan utama masyarakat Indonesia dalam menggunakan sepeda motor juga dapat membawa dampak negatif dalam hal kecelakaan lalu lintas dan kemacetan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya berjalan kaki serta memperbaiki infrastruktur dan fasilitas publik yang memadai untuk pejalan kaki. 

Iklan Tiga Bawah